Prof Dedi: Anda Milenial bukan Kolotnial, Petani Milenial di Polbangtan Jauh lebih Penting dari Infrastruktur dan Inovasi Pertanian.

By Admin


nusakini.com - Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) Kementerian Pertanian, Prof. Dedi Nursyamsi memberikan kuliah umum pentingnya peran petani milenial di era 4.0 didepan ratusan mahasiswa Politeknik Pembangunan Pertanian (Polbangtan) Magelang. “Kalian ini lebih penting dari pada infrastruktur dan inovasi pertanian”. Pernyataan tersebut disambut dengan raut kaget para mahasiswa. Namum Prof. Dedi melanjukan “Karena SDM yang handal dapat menghasilkan inovasi dan infrastrukturnya sendiri”. Yang kemudian disambut riuh tepuk tangan para petani milenial polbangtan Magelang (27/8/2019).

Karena itu milenial harus bertransformasi dari pertanian tradisonal ke pertanian modern. “Pertanian tradisional itu urusan kolotnial, milenial kuasai modernisasi pertanian”. Ujar Prof. Dedi. Dulu saat penduduk kita masih sedikit tidak masalah menggunakan pertanian tradisional namum sekarang tidak mungkin dengan cara seperti itu. Kita harus bertransformasi menjadi pertanian modern. Tidak mungkin kolotnial mengurus traktor, mengoperasionalkan dan memelihara nya. Yang bisa lakukan itu adalah anda Milenial. 

“Pertanian makin keren” ujar Prof. Dedi. Sekarang ada alat mesin pertanian (alsintan) yang di bagian depannya “harvest” memanen di belakang langsung mengolah tanah. Kecepatan yang ada sekarang itu yang anda kuasai yang anda tingkatkan. Kuasai 4.0 agar kalian siap menghadapai pertanian modern. Pesan Prof Dedi.

Tidak aneh kalau minat milenial terhadap pertanian makin tinggi. Dari hanya sekitar 980 pendaftar polbangtan di tahun 2013/2014 menjadi 13.000 pendaftar di 2018/2019. Kementerian Pertanian mentransformasi pendidikan pertanian dengan menciptakan milenial yang siap sebagai job creator melalui program pemberdayaan Wirausaha Muda Pertanian (PWMP). Kalian semua akan mendapatkan PWMP dan menjadi job creator. Ujar Prof. Dedi. 

Pada sesi tanya jawab mahasiswa polbangtan sangat antusias menanyakan permasalahan pertanian yang mereka rasakan langsung di masyarkat. Seperti bagaimana cara memotong rantai distribusi dari petani ke konsumen? Dari petani petani murah tapi di konsumen mahal. Biaya produksi mahal tapi harga jual murah. 

Ini semua adalah pertanyaan konkrit yang ada di lapangan Ujar ujar Prof Dedi. Kuasai hulu hingga hilir. Pelajari bagaimana packaging mengemas yang baik menarik. Kuncinya kurangi biaya produksi pakai inovasi teknologi. Stop mengandalkan bahan produksi dari luar. Suburkan tanah tapi tidak menggunakan pupuk dari luar. Terus berinovasi, gunakan teknologi produksi pupuk sendiri. Membakar sisa-sisa tanaman itu sama dengan membakar duit karena itu bisa menyuburkan tanah. Tegas Prof Dedi yang disambut riuh tepuk tangan petani milenial polbangtan Magelang. (prb)